Demam Sore Hari
Skenario demam
sore hari
Seorang wanita 30 tahun, mengalami demam sejak 1 minggu yang lalu. Demam dirasakan lebih tinggi pada sore
dan malam hari dibandingkan pagi hari. Pada pemeriksaan fisik kesadaran somnolen, nadi bradikardia, suhu tubuh
hiperpireksia (pengukuran jam 20.00 WIB), lidah terlihat typhoid tongue. Pada pemeriksaan widal didapatkan titer
anti-salmonella typhi O meningkat. Ibu tersebut bertanya kepada dokter bagaimana cara
pencegahan penyakitnya.
SASARAN BELAJAR
LI.1. Memahami dan Menjelaskan tentang Demam
LO.1.1.Menjelaskan pengertian demam
LO.1.2.Menjelaskan klasifikasi demam
LO.1.3.Menjelaskan etiologi demam
LO.1.4.Menjelaskan pafisiologi demam
LI.2.
Memahami dan Menjelaskan tentang Demam Tifoid
LO.2.1.Menjelaskan pengertian demam tifoid
LO.2.2.Menjelaskan etiologi demam tifoid
LO.2.3.Menjelaskan epidemiologi demam tifoid
LO.2.4.Menjelaskan patofisiologi demam tifoid
LO.2.5.Menjelaskan manifestasi klinis demam tifoid
LO.2.6.Menjelaskan diagnosis demam tifoid
LO.2.7.Menjelaskan penatalaksanaan demam tifoid
LO.2.8.Menjelaskan komplikasi demam tifoid
LO.2.9.Menjelaskan
pencegahan demam tifoid
LI.3.
Memahami dan Menjelaskan tentang Salmonella
enterica
LO.3.1.Menjelaskan morfologi Salmonella enterica
LO.3.2.Menjelaskan klasifikasi Salmonella enterica
LO.3.3.Menjelaskan
siklus hidup Salmonella enterica
LO.3.4.Menjelaskan
gangguan klinis oleh Salmonella enterica
LI 4. Memahami
dan menjelaskan tentang antibiotika untuk kuman penyebab demam tifoid
LO 4.1. Definisi Antibiotik
LO 4.2. Macam-macam
Antibiotik yang Digunaka
LO 4.3. Antibiotik yang
Efektif bagi Penderita Demam
Tifoid
LO 4.4 Efek
Samping Obat yang Digunakan
LO 4.5. Kontra
Indikasi dari Obat yang Digunakan
LI.1. Memahami dan Menjelaskan tentang Demam
LO.1.1.Menjelaskan pengertian demam
Demam adalah
kenaikan suhu tubuh dari normalnya yang ditengahi oleh kenaikan titik-ambang
regulasi panas hipotalamus. Pusat regulasi/pengatur panas hipotalamus mengendalikan
suhu tubuh dengan menyeimbangkan sinyal dari reseptor neuronal perifer dingin
dan panas.Dimana suhu dapat diukur melalui axila ,oral,dan rectal .
. Terdapat
perbedaan antara pengukuran suhu di aksila dan oral maupun rektal. Dalam
keadaan biasa perbedaan ini berkisar sekitar 0.5ÂșC; suhu rektal lebih tinggi
daripada suhu oral. Suhu tubuh mengikuti irama sirkadian: suhu pada dini hari
rendah, dan suhu tertinggi terjadi pada pukul 16.00-18.00 .
Tempat pengukuran
|
Jenis termometer
|
Rentang; rerata
suhu normal (oC)
|
Demam
(oC)
|
Aksila
|
Air raksa, elektronik
|
34,7 – 37,3; 36,4
|
37,4
|
Sublingual
|
Air raksa, elektronik
|
35,5 – 37,5; 36,6
|
37,6
|
Rektal
|
Air raksa, elektronik
|
36,6 – 37,9; 37
|
38
|
Telinga
|
Emisi infra merah
|
35,7 – 37,5; 36,6
|
37,6
|
LO.1.2.Menjelaskan klasifikasi demam
Beberapa pola
demam yang mungkin kita jumpai, antara lain:
a.
Demam Septik
Pada tipe demam
septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Bila demam yang
tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hetik.
b.
Demam Remiten
Pada tipe demam
remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat
dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.
c.
Demam Intermiten
Pada tipe demam
intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut
tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana.
d.
Demam Kontinyu
Pada demam
kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.
Pada tingkat demam terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e.
Demam Siklik
Pada demam
siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan
suhu seperti semula.
·
Relapsing fever dan demam periodik:
o
Demam periodik ditandai oleh episode demam
berulang dengan interval regular atau irregular. Tiap episode diikuti satu
sampai beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan suhu normal. Contoh
yang dapat dilihat adalah malaria (istilah tertiana digunakan bila demam
terjadi setiap hari ke-3, kuartana bila demam terjadi setiap hari ke-4) (Gambar
5.)dan brucellosis.
Gambar 5. Pola demam malaria
o
Relapsing fever adalah istilah
yang biasa dipakai untuk demam rekuren
yang disebabkan oleh sejumlah spesies Borrelia (Gambar 6.)dan ditularkan
oleh kutu (louse-borne RF) atau tick
(tick-borne RF).
Gambar 6. Pola demam Borreliosis (pola demam relapsing)
Klasifikasi
|
Penyebab tersering
|
Lama demam pada umumnya
|
Demam dengan localizing signs
|
Infeksi saluran nafas atas
|
<1 minggu
|
Demam tanpa localizing signs
|
Infeksi virus, infeksi
saluran kemih
|
<1minggu
|
Fever of
unknown origin
|
Infeksi, juvenile idiopathic arthritis
|
>1 minggu
|
·
Demam dengan localizing
signs
Penyakit
demam yang paling sering ditemukan pada praktek pediatrik berada pada kategori
ini (Tabel 5.). Demam biasanya berlangsung singkat, baik karena mereda
secara spontan atau karena pengobatan spesifik seperti pemberian antibiotik.
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik dan
dipastikan dengan pemeriksaan sederhana seperti pemeriksaan foto rontgen dada.1
Tabel 5. Penyebab utama demam karena penyakit localized
signs
Kelompok
|
Penyakit
|
Infeksi saluran nafas atas
|
ISPA virus, otitis media, tonsillitis, laryngitis, stomatitis herpetika
|
Pulmonal
|
Bronkiolitis, pneumonia
|
Gastrointestinal
|
Gastroenteritis, hepatitis, appendisitis
|
Sistem saraf pusat
|
Meningitis, encephalitis
|
Eksantem
|
Campak, cacar air
|
Kolagen
|
Rheumathoid arthritis, penyakit Kawasaki
|
Neoplasma
|
Leukemia, lymphoma
|
Tropis
|
Kala azar, cickle cell anemia
|
·
Demam tanpa localizing
signs
Sekitar 20%
dari keseluruhan episode demam menunjukkan tidak ditemukannya localizing signs pada saat terjadi.
Penyebab tersering adalah infeksi virus, terutama terjadi selama beberapa tahun
pertama kehidupan. Infeksi seperti ini harus dipikirkan hanya setelah
menyingkirkan infeksi saluran kemih dan bakteremia. Tabel 6. menunjukan
penyebab paling sering kelompok ini.1 Demam tanpa localizing signs umumnya memiliki awitan
akut, berlangsung kurang dari 1 minggu, dan merupakan sebuah dilema diagnostik
yang sering dihadapi oleh dokter anak dalam merawat anak berusia kurang dari 36
bulan.
Tabel 6. Penyebab umum demam tanpa localizing
signs
Penyebab
|
Contoh
|
Petunjuk diagnosis
|
Infeksi
|
Bakteremia/sepsis
Sebagian besar virus (HH-6)
Infeksi saluran kemih
Malaria
|
Tampak sakit, CRP tinggi, leukositosis
Tampak baik, CRP normal, leukosit normal
Dipstik urine
Di daerah malaria
|
PUO (persistent pyrexia of
unknown origin) atau FUO
|
Juvenile idiopathic arthritis
|
Pre-articular, ruam, splenomegali, antinuclear
factor tinggi, CRP tinggi
|
Pasca vaksinasi
|
Vaksinasi triple, campak
|
Waktu demam terjadi berhubungan dengan waktu vaksinasi
|
Drug fever
|
Sebagian besar obat
|
Riwayat minum obat, diagnosis eksklusi
|
·
Persistent Pyrexia of Unknown Origin (PUO)
Istilah ini
biasanya digunakan bila demam tanpa localizing
signs bertahan selama 1 minggu dimana dalam kurun waktu tersebut evaluasi
di rumah sakit gagal mendeteksi penyebabnya. Persistent pyrexia of unknown origin, atau lebih dikenal sebagai fever of unknown origin (FUO)
didefinisikan sebagai demam yang berlangsung selama minimal 3 minggu dan tidak
ada kepastian diagnosis setelah investigasi 1 minggu di rumah sakit.1
LO.1.3.Menjelaskan etiologi demam
Penyebab
|
Contoh
|
Petunjuk diagnosis
|
Infeksi
|
Bakteremia/sepsis
Sebagian besar virus (HH-6)
Infeksi saluran kemih
Malaria
|
Tampak sakit, CRP tinggi, leukositosis
Tampak baik, CRP normal, leukosit normal
Dipstik urine
Di daerah malaria
|
PUO (persistent
pyrexia of unknown origin) atau FUO
|
Juvenile
idiopathic arthritis
|
Pre-articular, ruam, splenomegali, antinuclear factor tinggi, CRP tinggi
|
Pasca vaksinasi
|
Vaksinasi triple, campak
|
Waktu demam terjadi berhubungan dengan
waktu vaksinasi
|
Drug
fever
|
Sebagian besar obat
|
Riwayat minum obat, diagnosis eksklusi
|
Penyebab Umum
·
Infeksi
virus dan bakteri;
·
Flu dan
masuk angina
·
Radang
tenggorokan;
·
Infeksi
telinga
·
Diare
disebabkan bakterial atau diare disebabkan virus.
·
Bronkitis
akut, Infeksi saluran kencing
·
Infeksi
saluran pernafasan atas (seperti amandel, radang faring atau radang laring)
·
Obat-obatan
tertentu
·
Kadang-kadang
disebabkan oleh masalah-masalah yang lebih serius seperti pneumonia, radang
usus buntu, TBC, dan radang selaput otak.
·
Demam
dapat terjadi pada bayi yang diberi baju berlebihan pada musim panas atau pada
lingkungan yang panas.
·
Penyebab-penyebab
lain: penyakit rheumatoid, penyakit otoimun, Juvenile rheumatoid arthritis,
Lupus erythematosus, Periarteritis nodosa, infeksi HIV dan AIDS, Inflammatory
bowel disease, Regional enteritis, Ulcerative colitis, Kanker, Leukemia,
Neuroblastoma, penyakit Hodgkin, Non-Hodgkin's lymphoma
Penyebab Khusus
- Set point hipotalamus meningkat
a.
Pirogen endogen
·
Infeksi
·
Keganasan
·
Alergi
·
Panas karena steroid
·
Penyakit kolagen
b.
Penyakit atau zat
·
Kerusakan susunan saraf
pusat
·
Keracunan DDT
·
Racun kalajengking
·
Penyinaran
·
Keracunan epinefrin
- Set point hipotalamus normal
a.
Pembentukan panas
melebihi pengeluaran panas
·
Hipertermia malignan
·
Hipertiroidisme
·
Hipernatremia
·
Keracunan aspirin
b. Lingkungan lebih panas dari pada pengeluaran panas
·
Mandi sauna berlebihan
·
Panas di pabrik
·
Pakaian berlebihan
·
Pengeluaran panas tidak
baik (rusak)
·
Displasia ektoderm
·
Kombusio (terbakar)
·
Keracunan phenothiazine
·
Heat stroke
- Rusaknya pusat pengatur suhu
a.
Penyakit yang langsung
menyerang set point hipotalamus:
·
Ensefalitis/ meningitis
·
Trauma kepala
·
Perdarahan di kepala
yang hebat
·
Penyinaran
LO.1.4.Menjelaskan pafisiologi demam
Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh akibat dari
peradangan atau infeksi. Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam
keadaan sakit lebih dikarenakan oleh zat toksin yang masuk kedalam tubuh.
Umumnya, keadaan sakit terjadi karena
adanya proses peradangan (inflamasi) di dalam tubuh. Proses peradangan itu
sendiri sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap adanya
serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh. Proses peradangan diawali
dengan masuknya zat toksin (mikroorganisme) kedalam tubuh kita. Mikroorganisme
(MO) yang masuk kedalam tubuh umumnya memiliki suatu zat toksin tertentu yang
dikenal sebagai pirogen eksogen.
Dengan masuknya MO tersebut, tubuh akan
berusaha melawan dan mencegahnya dengan pertahanan tubuh antara lain berupa
leukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya (fagositosit). Dengan adanya
proses fagositosit ini, tubuh akan
mengeluarkan senjata, berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen
(khususnya IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang
keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus untuk
mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat dapat
keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2. Asam arakhidonat yang
dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2).
Pengeluaran prostaglandin dibantu oleh
enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin akan mempengaruhi kerja
dari termostat hipotalamus. Sebagai kompensasinya, hipotalamus akan meningkatkan
titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik
patokan ini dikarenakan termostat tubuh (hipotalamus) merasa bahwa suhu tubuh
sekarang dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil.
Selain itu vasokontriksi kulit juga berlangsung untuk mengurangi pengeluaran
panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu naik. Adanya proses menggigil (
pergerakan otot rangka) ini ditujukan untuk menghasilkan panas tubuh yang lebih
banyak. Dan terjadilah demam.
Menjelaskan
manifestasi demam
Tergantung dari
apa yang menyebabkan demam, gejala yang sering menyertai demam antara lain:
- Berkeringat
- Menggigil
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Nafsu makan menurun
- Lemas
- Dehidrasi
Demam yang sangat tinggi, lebih dari
39 derajat celcius, dapat menyebabkan:
- Halusinasi
- Kejang
LI.2.
Memahami dan Menjelaskan tentang Demam Tifoid
LO.2.1.Menjelaskan pengertian demam tifoid
Demam tifoid
adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit infeksi akut
yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama
pada sore hingga malam hari dan ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang
dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endotelial atau endokardial dan
invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke sel fagosit manonuklear dari hati,
limpa, kelenjar limfe dan Payer’s patch.(
Sumarmo et al , 2010)
Demam tifoid masih merupakan
salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Penyakit ini merupakan
penyakit menular yang dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan
wabah. Di Indonesia, demam tifoid bersifat endemik. Penderita dewasa muda
sering mengalami komplikasi berat berupa perdarahan dan perforasi usus yang
tidak jarang berakhir dengan kematian.
LO.2.2.Menjelaskan etiologi demam tifoid
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi yang merupakan basil Gram-negatif, mempunyai
flagel, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakulatif anaerob, Kebanyakkan
strain meragikan glukosa, manosa dan manitol untuk menghasilkan asam dan gas,
tetapi tidak meragikan laktosa dan sukrosa. Organisme Salmonella typhi tumbuh secara aerob dan mampu tumbuh secara
anaerob fakultatif. Kebanyakan spesies resistent terhadap agen fisik namun
dapat dibunuh dengan pemanasan sampai 54,4Âș C (130Âș F) selama 1 jam atau 60 Âș C
(140 Âș F) selama 15 menit. Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan
suhu yang rendah selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup selama
berminggu-minggu dalam sampah, bahan makanan kering dan bahan tinja. (Karnasih
et al, 1994)
Kuman ini
mempunyai 3 macam antigen, yaitu:
1.
Antigen
O (somatik), terletak pada lapisan luar, yang mempunyai komponen protein,
lipopolisakarida dan lipid. Sering disebut endotoksin.
2.
Antigen
H (flagela), terdapat pada flagela, fimbriae danpili dari kuman, berstruktur
kimia protein.
3.
Antigen
Vi (antigen permukaan), pada selaput dinding kuman untuk melindungi fagositosis
dan berstruktur kimia protein.
Salmonella
typhi juga
dapat memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap
multipel antibiotik.
LO.2.3.Menjelaskan epidemiologi demam tifoid
Demam
tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh serotipe Salmonella
Typhi enterica (S. typhi). Penyakit ini masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di negara-negara berkembang. Pada tahun 2000, diperkirakan
bahwa lebih dari 2.16 juta jiwa di seluruh dunia terjadi tipus, mengakibatkan
216.000 kematian, dan bahwa lebih dari 90% dari morbiditas dan kematian ini
terjadi di Asia. Walaupun peningkatan kualitas air dan sanitasi merupakan
solusi akhir untuk masalah ini , vaksinasi di daerah berisiko tinggi adalah
strategi pengendalian yang potensial yang direkomendasikan oleh WHO. Faktor
distribusi demam tifoid dipengaruhi oleh :
1.
Penyebaran
Geografis dan Musim
Kasus-kasus demam tifoid terdapat hampir di seluruh bagian
dunia. Penyebarannya tidak bergantung pada iklim maupun musim. Penyakit itu
sering merebak di daerah yang kebersihan lingkungan dan pribadi kurang
diperhatikan.
2. Penyebaran Usia dan Jenis Kelamin
Siapa saja bisa terkena penyakit itu tidak ada perbedaan
antara jenis kelamin lelaki atau perempuan. Umumnya penyakit itu lebih sering
diderita anak-anak. Orang dewasa sering mengalami dengan gejala yang tidak
khas, kemudian menghilang atau sembuh sendiri. Persentase penderita dengan usia
di atas 12 tahun seperti bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Usia
|
%
|
12-
29 tahun
|
70-80
|
30-
39 tahun
|
10-20
|
>
40 tahun
|
5-10
|
LO.2.4.Menjelaskan patofisiologi demam tifoid
Makanan dan minuman yang
terkontaminasi merupakan mekanisme transmisi Salmonella, termasuk S. typhi. Khususnya
S. typhi, carrier manusia adalah sumber infeksi. S. typhi bisa
berada dalam air, es, debu, sampah kering, yang bila organisme ini masuk ke
dalam vehicle yang cocok (daging, kerang, dan sebagainya) akan
berkembang biak mencapai dosis infektif
- Salmonella thypi masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plak peyeri di ileum terminalis yang hipertropi.
- Bila terjadi komplikasi pendarahan dan perforasi intestinal, kuman menembus lamina propia. Masuk aliran limfe mencapai kelenjar limfe mesenterial dan masuk ke aliran darah melalui duktus torasikus. Salmonella thypi lain dapat mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella thypi bersarang di plak peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial.
- Endotoksin salmonella thypi berperan dalam proses inflamasi lokal pada jaringan tempay kumantersebut berkembang biak. Salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen danleukosit pada jaringan yang meradang sehingga terjadi demam.
LO.2.5.Menjelaskan manifestasi klinis demam tifoid
Gejala
klinis demam tifoid sangat bervariasi, dari gejala klinis ringan tidak
memerlukan perawatan khusus sampai gejala klinis berat dan memerlukan perawatan
khusus. Variasi gejala ini disebabkan faktor galur Salmonela, status nutrisi
dan imunologik pejamu serta lama sakit dirumahnya. ( Sumarmo et al, 2010)
·
Pada
minggu pertama setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu
pada awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi
yang berkepanjangan yaitu setinggi 39Âș C hingga 40Âș C, sakit kepala, pusing,
pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100 kali
permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepat dengan gambaran bronkitis
kataral, perut kembung dan merasa tak enak, sedangkan diare dan sembelit silih
berganti. Pada akhir minggu pertama, diare lebih sering terjadi. Khas lidah
pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atau
tremor. Epistaksis dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa
kering dan meradang. Ruam kulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan
terbatas pada abdomen di salah satu sisi dan tidak merata, bercak-bercak ros
(roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian hilang dengan sempurna. Jika pada
minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, yang
biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam.
·
Pada
minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan tinggi (demam).
Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari berlangsung.
Terjadi perlambatan relatif nadi penderita.Yang semestinya nadi meningkat
bersama dengan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat
dibandingkan peningkatan suhu tubuh. Umumnya terjadi gangguan pendengaran,
lidah tampak kering, nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun, diare
yang meningkat dan berwarna gelap, pembesaran hati dan limpa, perut kembung dan
sering berbunyi, gangguan kesadaran, mengantuk terus menerus, dan mulai kacau
jika berkomunikasi.
·
Pada
minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun, dan normal kembali di akhir
minggu. Hal itu terjadi jika tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila
keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatur mulai turun.
Meskipun demikian justru pada saat ini komplikasi perdarahan dan perforasi
cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari ulkus. Sebaliknya jika
keadaan makin memburuk, dimana septikemia memberat dengan terjadinya
tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor, otot-otot bergerak terus,
inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. Tekanan abdomen sangat meningkat
diikuti dengan nyeri perut. Penderita kemudian mengalami kolaps. Jika denyut
nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokal maupun umum, maka hal ini
menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkan keringat dingin, gelisah,
sukar bernapas, dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya memberi gambaran
adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik merupakan penyebab umum dari
terjadinya kematian penderita demam tifoid pada minggu ketiga.
·
Minggu
keempat merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat
dijumpai adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis. Pada mereka
yang mendapatkan infeksi ringan dengan demikian juga hanya menghasilkan
kekebalan yang lemah, kekambuhan dapat terjadi dan berlangsung dalam waktu yang
pendek. Kekambuhan dapat lebih ringan dari serangan primer tetapi dapat
menimbulkan gejala lebih berat daripada infeksi primer tersebut. Sepuluh persen
dari demam tifoid yang tidak diobati akan mengakibatkan timbulnya relaps.
LO.2.6.Menjelaskan diagnosis demam tifoid
- Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
Laboratorium meliputi pemeriksaan hematologi, urinalis, kimia
klinik,imunoreologi, mikrobiologi, dan biologi molekular. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk membantu menegakkan diagnosis (adakalanya bahkan menjadi
penentu diagnosis), menetapkan prognosis, memantau perjalanan penyakit dan hasil
pengobatan serta timbulnya penyulit.
·
Hematologi
Kadar hemoglobin
dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus atau perforasi.
Pemeriksaan darah dilakukan pada biakan kuman (paling tinggi pada minggu I
sakit), diagnosis pasti Demam Tifoid. (Minggu I : 80-90%, minggu II : 20-25%,
minggu III : 10-15%) Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat
pula normal atau tinggi. Hitung jenis leukosit: sering neutropenia dengan
limfositosis relatif. LED meningkat (Djoko, 2009)
·
Urinalis
Tes
Diazo Positif : Urine + Reagens Diazo + beberapa tetes ammonia 30% (dalam
tabung reaksi)→dikocok→buih berwarna merah atau merah muda (Djoko, 2009)
Protein: bervariasi dari negatif sampai
positif (akibat demam).Leukosit dan eritrosit normal; bila meningkat
kemungkinan terjadi penyulit. Biakan kuman (paling tinggi pada minggu II/III
diagnosis pasti atau sakit “carrier” ( Sumarmo et al, 2010)
·
Tinja (feses)
Ditemukian banyak eritrosit dalam tinja
(Pra-Soup Stool), kadang-kadang darah (bloody stool). Biakan kuman (diagnosis
pasti atau carrier posttyphi) pada minggu II atau III sakit. (Sumarmo et al,
2010)
·
Kimia Klinik
Enzim
hati (SGOT, SGPT) sering meningkat dengan gambaran peradangan sampai hepatitis
akut.
·
Serologi
Pemeriksaan Widal
Uji widal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman S.thypi. Pada uji widal terjadi suatu
reaksi aglutinasi antara kuman S.thypi
dengan antibodi yang disebut aglutinin . Antigen yang digunakan pada uji widal
adalah suspensi Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium.
Maksud uji Widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita
tersangka demam tifoid yaitu :
- Aglutinin O (dari tubuh kuman)
- Aglutinin H (flagela kuman)
- Aglutinin Vi (simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan untuk
diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi
titernya semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman ini.
Widal dinyatakan positif bila :
- Titer O Widal I 1/320 atau
- Titer O Widal II naik 4 kali lipat atau lebih dibanding titer O Widal I atau Titer O Widal I (-) tetapi titer O II (+) berapapun angkanya.
Diagnosis Demam Tifoid /
Paratifoid dinyatakan bila a/titer O = 1/160 , bahkan mungkin sekali nilai
batas tersebut harus lebih tinggi mengingat penyakit demam tifoid ini endemis
di Indonesia. Titer O meningkat setelah akhir minggu. Melihat hal-hal di atas
maka permintaan tes widal ini pada penderita yang baru menderita demam beberapa
hari kurang tepat. Bila hasil reaktif (positif) maka kemungkinan besar bukan
disebabkan oleh penyakit saat itu tetapi dari kontak sebelumnya.
Pemeriksaan Elisa Salmonella typhi/ paratyphi lgG
dan lgM
Merupakan
uji imunologik yang lebih baru, yang dianggap lebih sensitif dan spesifik
dibandingkan uji Widal untuk mendeteksi Demam Tifoid/ Paratifoid. Sebagai tes
cepat (Rapid Test) hasilnya juga dapat segera di ketahui. Diagnosis Demam
Tifoid/ Paratyphoid dinyatakan 1/ bila lgM positif menandakan infeksi akut;
2/jika lgG positif menandakan pernah kontak/ pernah terinfeksi/ reinfeksi/
daerah endemik. ( John, 2008)
·
Mikrobiologi
Uji
kultur merupakan baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan demam
tiroid/paratifoid. Interpretasi hasil : jika hasil positif maka diagnosis pasti
untuk demam tifoid/ paratifoid. Sebalikanya jika hasil negatif, belum tentu
bukan demam tifoid/ paratifoid, karena hasil biakan negatif palsu dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu antara lain jumlah darah terlalu sedikit
kurang dari 2 mL), darah tidak segera dimasukan ke dalam medial Gall (darah
dibiarkan membeku dalam spuit sehingga kuman terperangkap di dalam
bekuan), saat pengambilan darah masih dalam minggu- 1 sakit, sudah mendapatkan
terapi antibiotika, dan sudah mendapat vaksinasi. Kekurangan uji ini adalah
hasilnya tidak dapat segera diketahui karena perlu waktu untuk pertumbuhan
kuman (biasanya positif antara 2-7 hari, bila belum ada pertumbuhan koloni
ditunggu sampai 7 hari). Pilihan bahan spesimen yang digunakan pada awal sakit
adalah darah, kemudian untuk stadium lanjut/ carrier digunakan urin dan
tinja. (Sumarmo et al, 2010)
·
Biologi molekular.
PCR
(Polymerase Chain Reaction) Metode ini mulai banyak dipergunakan. Pada
cara ini di lakukan perbanyakan DNA kuman yang kemudian diidentifikasi dengan
DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat
dalam jumlah sedikit (sensitifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang
tinggi pula. Spesimen yang digunakan dapat berupa darah, urin, cairan tubuh
lainnya serta jaringan biopsi.
Kriteria diagnosis yang biasa
digunakan adalah :
- Biakan darah positif memastikan demam tifoid, tetapi biakan darah negative tidak menyingkirkan demam tifoid.
- Biakan tinja positif menyokong diagnosis klinis demam tifoid.
- Peningkatan titer uji widal 4 kali lipat selama 2–3 minggu memastikan diagnosis demam tifoid.
- Reaksi widal tunggal dengan titer antibodi Antigen O 1: 320 atau titer antigen H 1: 640 menyokong diagnosis demam tifoid pada pasien dengan gambaran klinis yang khas .
- Pada beberapa pasien, uji widal tetap negatif pada pemeriksaan ulang walaupun biakan darah positif. (Sumarmo, 2010)
LO.2.7.Menjelaskan penatalaksanaan demam tifoid
Perawatan dan pengobatan terhadap
penderita penyakit demam tifoid
bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit,
mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan
penyakit tifus dilakukan dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan
desinfeksi pakaian, feses dan urine untuk mencegah penularan.
Nonfarmakologis
Sampai saat ini masih dianut
trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu :
Istirahat dan perawatan, diet dan
terapi penunjang (simptomatik dan suportif), dan pemberian antimikroba.
·
Istirahat
yang berupa tirah baring dan perawatan profesional bertujuan untuk mencegah
komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum,mandi, buang air kecil,
buang air besar akan mempercepat masa penyembuhan. Dalam perawatan perlu sekali
dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yang dipakai. (Djoko,
2009)
·
Diet
dan terapi penunjang merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan
penyakit demam tifoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum
dan gizi penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi lama.
Pemberian bubur saring bertujuan untukk menghindari komplikasi pendarahan
saluran cerna atau perforasi usus. (Djoko, 2009)
Farmakologis
Obat-obat antimikroba yang sering
digunakan untuk mengobati demam tifoid adalah sebagai berikut:
Obat
|
Dosis
|
Rute
|
|
First-line
Antibiotics
|
Kloramfenikol
|
500
mg 4x /hari
|
Oral,
IV
|
Trimetofrim
-Sulfametakzol
|
160/800
mg 2x/hari, 4-20 mg/kg bagi 2 dosis
|
Oral,
IV
|
|
Ampicillin/
Amoxycillin
|
1000-2000
mg 4x/hari ; 50-100 mg/kg , bagi 4 dosis
|
Oral,
IV, IM
|
|
Second-line
Antibiotics
(
Fluoroquinolon)
|
Norfloxacin
|
2
x 400 mg/hari selama 14 hari
|
Oral
|
Ciprofloxacin
|
2
x 500 mg/hari selama 6 hari
|
Oral
, IV
|
|
Ofloxacin
|
2
x 400 mg/hari selama 7 hari
|
Oral
|
|
Pefloxacin
|
400
mg/hari selama 7 hari
|
Oral,
IV
|
|
Fleroxacin
|
400
mg/hari selama 7 hari
|
Oral
|
|
Cephalosporin
|
Ceftriaxon
|
1-2
gr/hari ; 50-75 mg/kg : dibagi 1-2 dosis selama 7-10 hari
|
IM,
IV
|
Cefotaxim
|
1-2
gr/hari, 40-80 mg/hari: dibagi 2-3 dosis selama 14 hari
|
IM,
IV
|
|
Cefoperazon
|
1-2
gr 2x/hari 50-100 mg/kg dibagi 2 dosis selama 14 hari
|
Oral
|
|
Antibiotik
lainnya
|
Aztreonam
|
1
gr/ 2-4x/hari ; 50-70 mg/kg
|
IM
|
Azithromycin
|
1
gr 1x/hari ; 5-10 mg/kg
|
Oral
|
(RM.
Santillan, 2000)
Pengobatan
Demam Tifoid pada Wanita Hamil
Persentase pengaruh antibiotik terhadap
S.typhi
Antibiotik
|
%
|
Ceftriaxon
|
92.6
|
Kloramfenikol
|
94.1
|
Tetrasiklin
|
100
|
Trimetoprim- Sulfametoksazol
|
100
|
Ciprofloksasin
|
100
|
Levofloksasin
|
100
|
LO.2.8.Menjelaskan komplikasi demam
tifoid
Beberapa
komplikasi yang dapat terjadi pada demam tifoid yaitu:
- Komplikasi intestinal
Komplikasi
didahului dengan penurunan suhu, tekanan darah dan peningkatan frekuensi nadi.
Umumnya jarang terjadi, akan tetapi sering fatal, yaitu:
Umumnya jarang terjadi, akan tetapi sering fatal, yaitu:
a.
Perdarahan
usus
Dilaporkan dapat terjadi pada 1-10%
kasus demam tifoid anak. Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan
pemeriksaan tinja dengan benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena.
b.
Perforasi
usus
Dilaporkan dapat
terjadi pada 0,5-3%. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan
terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis
hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak
hati menghilang dan terdapat udara di antara hati dan diafragma pada foto rontgen
abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
Peritonitis
Biasanya
menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala
abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, defance muskulare, dan nyeri pada
penekanan.
(Djoko, 2009)
- Komplikasi di luar usus (ekstraintestinal)
Terjadi
karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia) yaitu meningitis,
kolesistitis, ensefelopati dan lain-lain. Terjadi karena infeksi sekunder,
yaitu bronkopneumonia.
-
Komplikasi kardiovaskuler : gagal
sirkulasi perifer, miokarditis, tromboflebitis.
-
Komplikasi darah : anemia hemolitik,
trombositopenia, KID, rthritis.
-
Komplikasi paru : pneumonia, empiema,
pleuritis
-
Komplikasi hepatobilier : hepatitis,
kolesistitis
-
Komplikasi ginjal : glumerolunofritis,
pielonefritis, perinefritis
-
Komplikasi tulang : osteomielitis,
periostitis, spondilitis, arthritis
-
Komplikasi neuropsikiatrik/tifoid toksik
(Djoko, 2009)
LO.2.9.Menjelaskan pencegahan demam tifoid
LINGKUNGAN HIDUP
1. Sediakan air minum yang memenuhi syarat. Misalnya,
diambil dari tempat yang higienis, seperti sumur dan produk minuman yang
terjamin. Jangan gunakan air yang sudah tercemar. Jangan lupa, masak air
terlebih dulu hingga mendidih (100 derajat C).
2. Pembuangan kotoran manusia harus pada tempatnya. Juga
jangan pernah membuangnya secara sembarangan sehingga mengundang lalat karena
lalat akan membawa bakteri Salmonella typhi. Terutama ke makanan
3. Bila di rumah banyak lalat, basmi hingga tuntas.
DIRI SENDIRI
1. Lakukan vaksinasi terhadap seluruh keluarga. Vaksinasi
dapat mencegah kuman masuk dan berkembang biak. Saat ini pencegahan terhadap
kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa
(cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2
tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi.
2. Menemukan dan mengawasi pengidap kuman (carrier).
Pengawasan diperlukan agar dia tidak lengah terhadap kuman yang dibawanya. Sebab
jika dia lengah, sewaktu-waktu penyakitnya akan kambuh.
Dua vaksin yang aman dan efektif telah
mendapat lisensi dan sudah ada di pasaran. Satu
vaksin berdasar subunit antigen tertentu dan yang lain berdasar bakteri (whole
cell) hidup dilemahkan. Vaksin pertama, mengandung Vi polisakarida, diberikan
cukup sekali, subcutan atau intramuskular. Diberikan mulai usia > 2 tahun.
Re-imunisasi tiap 3 tahun. Kadar protektif bila mempunyai antibodi anti-Vi 1
”g/ml.
Vaksin Ty21a hidup dilemahkan diberikan secara oral, bentuk
kapsul enterocoated atau sirup. Diberikan 3 dosis, selang sehari pada perut
kosong. Untuk anak usia ≥ 5 tahun. Reimunisasi tiap tahun. Tidak boleh diberi
antibiotik selama kurun waktu 1 minggu sebelum sampai 1 minggu sesudah
imunisasi.
Kebal Antibiotik
Penelitian menunjukkan, kini banyak kuman Salmonella typhi
yang kebal terhadap antibiotika. Akhirnya, penyakit ini makin sulit
disembuhkan. Hanya saja, jika bakteri sudah menyerang otak, tetap akan membawa
dampak. Misalnya, kesadarannya berkurang, kurang cepat tanggap, dan lambat
dalam mengingat. Jadi, jangan sepelekan demam tifoid dan rawat anak baik-baik
jika ia terserang penyakit ini.
Makanan Yang Dianjurkan
- Boleh semua jenis makanan, yang penting lunak.
- Makanan harus mudah dicerna, mengandung cukup cairan, kalori, serat, tinggi protein dan vitamin, tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.
- Makanan saring/lunak diberikan selama istirahat.
- Jika kembali kontrol ke dokter dan disarankan makan nasi yang lebih keras, harus dijalankan.
- Untuk kembali ke makanan “normal”, lakukan secara bertahap bersamaan dengan mobilisasi. Misalnya hari pertama makanan lunak, hari ke-2 makanan lunak, hari ke-3 makanan biasa, dan seterusnya.
LI.3.
Memahami dan Menjelaskan tentang Salmonella
enterica
LO.3.1.Menjelaskan morfologi Salmonella enterica
·
Berbentuk
batang, tidak berspora, bersifat negatif pada pewarnaan Gram.
·
Ukuran
Salmonella bervariasi 1–3,5 ”m x 0,5–0,8 ”m.
·
Besar
koloni rata-rata 2–4 mm.
·
optimal
37,5oC) dan pH pertumbuhan 6–8.
·
Mudah
tumbuh pada medium sederhana, misalnya garam empedu.
·
Tidak
dapat tumbuh dalam larutan KCN.
·
Membentuk
asam dan kadang-kadang gas dari glukosa dan manosa.
·
Menghasikan
H2S.
·
Antigen
O: bagian terluar dari lipopolisakarida dinding sel dan terdiri dari unit
polisakarida yang berulang. Beberapa polisakarida O-spesifik mengandung gula
yang unik. Antigan O resisten terhadap panas dan alkohol dan biasanya
terdeteksi oleh aglutinasi bakteri. Antibodi terhadap antigen O terutama adalah
IgM.
·
Antigen
Vi atau K: terletak di luar antigen O, merupakan polisakarida dan yang lainnya
merupakan protein. Antigen K dapat mengganggu aglutinasi dengan antiserum O,
dan dapat berhubungan dengan virulensi. Dapat diidentifikasi dengan uji
pembengkakan kapsul dengan antiserum spesifik.
·
Antigen
H: terdapat di flagel dan didenaturasi atau dirusak oleh panas dan alkohol.
Antigen dipertahankan dengan memberikan formalin pada beberapa bakteri yang
motil. Antigen H beraglutinasi dengan anti-H dan IgG. Penentu
dalam antigen H adalah fungsi sekuens asam amino pada protein flagel
(flagelin). Antigen H pada permukaan bakteri dapat mengganggu aglutinasi dengan
antibodi antigen O.
·
Organisme
dapat kehilangan antigen H dan menjadi tidak motil.
·
Kehilangan
antigen O dapat menimbulkan perubahan bentuk koloni yang halus menjadi kasar.
·
Antigen Vi atau Sebagian besar isolat motil dengan flagel peritrik.
·
Tumbuh
pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15–41oC (suhu
pertumbuhan
·
K
dapat hilang sebagian atau seluruhnya dalam proses transduksi.
LO.3.2.Menjelaskan klasifikasi Salmonella enterica
Kingdom : Bakteria
Phylum : Proteobakteria
Classis : Gamma proteobakteria
Ordo
: Enterobakteriales
Familia : Enterobakteriakceae
Genus : Salmonella
Species : Salmonella thyposa
Klasifikasi salmonella sangat rumit
karena organisme tersebut merupakan rangkaian kesatuan dan bukan tertentu.
Anggota genus Salmonella awalnya
diklasifikasikan berdasarkan epidemiologi, jangkauan pejamu, reaksi biokimia,
dan struktur antigen O, H, dan Vi. Terdapat lebih dari 2500 serotip Salmonella, termasuk lebih dari 1400
dalam kelompok hibridasi DNA grup I yang dapat menginfeksi manusia. Hampir
semua Salmonella yang menyebabkan
penyakit pada manusia dapat diidentifikasikan di laboraturium klinis melalui
pemeriksaan biokimia dan serologik.Serotip tersebut adalah sebagai berikut:
·
Salmonella
paratyphi
A (serogrup A)
·
Salmonella
paratyphi
B (serogrup B)
·
Salmonella
cholerasuis
(serogrup C1)
·
Salmonella typhi (serogrup D)
Penentuan serotipe didasarkan atas reaktivitas
antigen O dan antigen H bifasik. Berdasarkan penelitian hibridisasi DNA,
klasifikasi taksonomik resmi meliputi genus Salmonella
dengan subspecies dan genus Arizona dengan
subspesies.
Contoh
rumus antigenik salmonella
Golongan O
|
Seriotip
|
Formula antigenik
|
D
|
S typhi
|
9,12 (vi):d:-
|
A
|
S paratyphi A
|
1,2,12:a-
|
C1
|
S choleraesuis
|
6,7: c:1,5
|
B
|
S typhimurium
|
1,4,5,12:i:1,2
|
D
|
S enteritidis
|
1,9,12:g,m:-
|
LO.3.3.Menjelaskan siklus hidup Salmonella enterica
Penyebaran dan Siklus hidup:
• Infeksi terjadi dari memakan makanan yang tercontaminasi dengan
feses yang terdapat bakteri Sal. typhimurium dari organisme pembawa
(hosts).
• Setelah masuk dalam saluran pencernaan maka Sal. typhimurium menyerang
dinding usus yang menyebabkan kerusakan dan peradangan.
• Infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah
karena dapat menembus dinding usus tadi ke organ-organ lain seperti hati,
paru-paru, limpa, tulang-tulang sendi, plasenta dan dapat menembusnya sehingga
menyerang fetus pada wanita atau hewan betina yang hamil, dan ke membran yang
menyelubungi otak.
• Subtansi racun diproduksi oleh bakteri ini dan dapat dilepaskan
dan mempengaruhi keseimbangan tubuh.
• Di dalam hewan atau manusia yang terinfeksi Sal. typhimurium,
pada fesesnya terdapat kumpulan Sal. typhimurium yang bisa bertahan
sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
• Bakteri ini tahan terhadap range yang lebar dari temperature
sehingga dapat bertahan hidup berbulan-bulan dalam tanah atau air.
Makanan yang mengandung Salmonella belum
tentu menyebabkan infeksi Salmonella, tergantung dari jenis bakteri, jumlah dan
tingkat virulensi (sifat racun dari suatu mikroorganisma, dalah hal ini bakteri
Salmonella).
Misalnya saja Salmonella enteriditis baru menyebabkan gejala bila
sudah berkembang biak menjadi 100 000. Dalam jumlah ini keracunan yang terjadi
bisa saja menyebabkan kematian penderita. Salmonella typhimurium dengan jumlah
11.000 sudah dapat menimbulkan gejala. Jenis Salmonella lain ada yang menyebabkan
gejala hanya dengan jumlah 100 sampai 1000, bahkan dengan jumlah 50 sudah dapat
menyebabkan gejala. Perkembangan
Salmonella pada tubuh manusia dapat dihambat oleh asam lambung yang ada pada
tubuh kita. Disamping itu dapat dihambat pula oleh bakteri lain. Gejala dapat terjadi dengan cepat pada
anak-anak, bagaimanapun pada manusia dewasa gejala datang dengan perlahan. Pada
umumnya gejala tampak setelah 1-3 minggu setelah bakteri ini tertelan. Gejala
terinfeksi diawali dengan sakit perut dan diare yang disertai juga dengan panas
badan yang tinggi, perasaan mual, muntah, pusing-pusing dan dehidrasi. Gejala
yang timbul dapat berupa: tidak menunjukkan gejala (long-term carrier), adanya
perlawanan tubuh dan mudah terserang penyakit denga gejala: inkubasi (7-14 hari
setelah tertelan) tidak menunjukkan gejala, lalu terjadi diare.
LO.3.4.Menjelaskan gangguan klinis oleh Salmonella
enterica
Gangguan Klinis
Spesies
|
Penyakit
|
S. parathypi
|
Paratifoid
pada manusia
|
S. abortivoequina
|
Abortus pada kuda
|
S. schottmuelleri
|
Paratifoid pada manusia
|
S. typhimurium
|
Gastroenteritis pada manusia dan berbagai infeksi
pada hewan
|
S. cholerasius
|
Bakteri sekunder pada pes babi dan enteritis
nekrotika pada babi
|
S. Newport
|
Infeksi pada ternak dan manusia
|
S. enteritidis
|
Infeksi pada hewan dan gastroenteritis pada hewan
|
S. gallinarum
|
Tifoid unggas
|
S. pullorum
|
Infeksi unggas
|
S. typhi
|
Demam tifoid pada manusia
|
S. Dublin
|
Infeksi pada ternak
|
S. anatum
|
Infeksi pada bebek
|